Rabu, 04 Februari 2015

Si Idiot

Ini  tulisan yang saya dapatkan dari FP bang Tere Liye. Sebenarnya sangat sederhana namun sangat bermakna. gue selalu berfikir kembali, dan mengatakan “oh iya, ya” “Aduh, kenapa tak pernah terfikirkan ?”

dengan saya mengshare tulisan ini, semoga kita semua mendapat hikmahnya :)

*Si Idiot



Jika orang2 pergi ke sekolah, kampus, karena mereka ingin memperoleh nilai bagus, ijasah keren, maka jadilah “si idiot” yang justeru pergi ke sekolah, kampus karena ingin belajar.
Bahkan kalaupun kita tidak diterima di kampus top, fakultas terbaik, tetap jadilah si idiot yang bisa belajar apa saja sepanjang dia suka, karena kita tidak peduli dengan semua ukuran itu. Lupakan soal lulusan terbaik, nilai UN paling tinggi, IPK paling top, apalagi calon mertua nyari yang lulusan S3. Lupakan. Si idiot hanya fokus sekolah karena dia suka belajar, mencari ilmu. Titik.

Jika orang2 pergi ke kantor, tempat bekerja karena mereka ingin memperoleh gaji paling tinggi, fasilitas paling top, maka jadilah “si idiot” yang justeru berangkat kerja karena itu hobi-nya. Bahkan kalaupun pekerjaan tersebut tidak mentereng, dianggap sebelah mata, tetap jadilah si idiot yang selalu riang bekerja, mengerti sekali setiap detiknya adalah ibadah–jadi boro2 mau korupsi waktu, tidak masuk kamus. Lupakan soal sikut2an, pindah2 kerja mencari gaji tertinggi, mengeluh banyak hal, apalagi menjilat ke atasan. Lupakan. Si idiot bekerja karena dia menyukai pekerjaannya, hobinya.

Jika orang2 pergi keliling dunia, jalan2 kemana2 karena mereka ingin punya foto2, dipamer2kan, ditunjuk2an ke orang lain, maka jadilah “si idiot” yang justeru tidak merasa perlu membawa kamera, berfoto ria. Bahkan kalaupun perjalanan itu tidak penting, tidak jauh, hanya ke pasar dekat rumah, tetap jadilah si idiot yang selalu memperoleh pengalaman baru dari setiap perjalanannya. Lupakan soal catatan hebat, si idiot lebih memilih memeluk sendiri semua pengalaman hidupnya, untuk menjadikannya semakin baik dan paham.

Sungguh, bukankah jika orang2 melakukan banyak hal dengan rumus yang sama, dan ternyata lebih banyak gagalnya, mungkin sudah tibanya bagi kita semua untuk mencoba menggunakan cara “si idiot”.

Lakukanlah. Boleh jadi dengan cara ini, kita akan benar2 mengetahui definisi kebahagiaan hidup. Tanpa topeng, tanpa pamer, tanpa harus sibuk menjelaskan, menerangkan, apalagi membuktikan betapa kerennya hidup kita. Yang sialnya, orang lain justeru sebaliknya, sibuk pamer, menjelaskan, menerangkan dan membuktikan betapa keren hidup mereka ke kita.

Si idiot tidak peduli itu semua, dia hanya sibuk menjalani hidup sebaik mungkin, mengalir seperti aliran sungai yang jernih nan bening. Toh, yang tahu persis kita bahagia, keren, hebat, dsbgnya adalah kita sendiri, bukan dinding media sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram