Sabtu, 20 Oktober 2018

[#Menahan Takdir Series] #2 Selamat Tinggal, Ken.


"Hingga pada akhirnya, rasa nyaman tidak pernah cukup untuk di jadikan alasan dari sebuah keputusan"

****

[Kayra]

Selamat Tinggal.

Aku, perempuan bodoh yang setiap harinya selalu mengedepankan ego. Ketika aku sedih, maka semua atmosfer di sekitarku ikut sedih, ketika aku marah, maka segala sesuatu di dunia ini juga akan terasa salah di hadapanku, dan ketika aku patah hati, kamu adalah kunci utama yang ingin sekali ku kubur bersama harta Qoruun. Aku tidak bisa berpikir saat ini, bukankah seharusnya dari awal aku tidak bermanis manis di hadapanmu? Jika akhirnya berakhir, bukankah kita seharusnya tidak saling menerima? Dasar bodoh.

"Kenapa, Ken?"


Bibirku hanya bisa bertanya pertanyaan klise yang kemudian di jawab oleh hati kecilku "Keanu sudah bosan denganmu!"

"Aku ga bisa kayak gini terus, kay. Sesudah ini kita jangan hubungan lagi ya kecuali bener-bener penting. Aku mungkin jahat, sama dengan lelaki di luar sana yang ketika membuat kamu nyaman dan tiba-tiba pergi seenaknya. Tapi aku gatau harus bagaimana sedangkan aku belum siap" Ucapmu lirih.

Aku menggenggam tangan Nina, Sabahatku dengan kuat, batinku bergejolak, ingin marah tapi rasa sedih sangat mendominasi. "Tapi kenapa, Ken? Aku bisa menunggu" ucapku sedikit memohon. Seorang wanita akan berjuang agar tidak ditinggalkan ketika ia sedang sayang-sayangnya, begitu pula aku, dan aku akui, aku salah langkah. Bagi seorang lelaki, semakin ia merasa diinginkan, semakin ia merasa perlu meninggalkan. Dan, Keanu, sebaik apapun kamu, kamu juga seorang lelaki.

Kamu terdiam, dan berucap perlahan "Kayra, aku sudah cukup merasa bersalah telah membuatmu nyaman, jangan membuatku bertambah bersalah karena memintamu menungguku. Lagipula sebenarnya kita ini apa?" Kamu diam, aku bisa mendengarmu menghembuskan nafas panjang, sebentar kemudia kembali berucap "hanya karna aku baik dan peduli, kamu bisa jatuh cinta padaku" lirihmu kemudian berjalan cepat meninggalkanku.

Lututku terasa lemas, aku mendudukkan badan ke lantai, Nina memelukku erat. Berulangkali ku katakan pada diriku sendiri bahwa aku wanita kuat, aku bukanlah aku yang dulu lagi, yang menangis hanya karena aku salah ucap kepada orang-orang, padahal mereka biasa saja. Tapi mengapa air mataku bagai hujan deras? 

Berulang kali aku merutuki diriku sendiri, mengaku sudah tidak baper, akan tetapi tetap saja terpicut pada perhatian lelaki berkedok baik seperti kamu.

Sejak malam itu, aku berjanji, bahwa tidak ada lagi interaksi antara aku dan laki-laki mengatasnamakan cinta atau apalah itu, apalagi kamu. Bagiku, cinta berarti berjuang untuk bersama dalam ikatan yang halal. Bukan karna sekedar rasa nyaman apalagi karna mempunyai pemikiran yang sama.

Selamat Tinggal.

Sudah tiga hari sejak aku sakit, dan hatiku sudah tertutup secara paripurna sekarang. Aku menerawang,  memegang ponsel dengan ragu, menimbang-nimbang akankah pergi tanpa pamit begini tak apa? Ah, tapi logikaku menolak, bukankah kamu yang menginginkan perpisahan ini? Tapi mengapa rasanya kamu masih memiliki ruang? Hatiku memang sudah tertutup, tapi mengapa kamu seperti terkurung di dalamnya? Aku menghela napas panjang, ini harus segera di selesaikan.

Seketika kedua tanganku mulai mengetik, "Aku pamit. Tidak ada sebuah keputusan tanpa adanya resiko. Setelah ini pasti ada perubahan, antara aku dan kamu. Meski kita tidak mau"

Send.

Pesan ini sudah terkirim, kepada lagi jika bukan kamu?  Dan entah mengapa aku merasa lega. Aku mungkin bukan perempuan yang baik, yang berhati lembut, tapi, aku juga punya hati dan berhak menjaganya. Tidak peduli dari bahaya apapun yang mengancam. Perempuan memang seharusnya tidak boleh terlalu jauh memaknai kebaikan laki-laki. 

Kedatangan lelaki itu bukan berarti kita harus menerimanya dengan senang hati pun rasa nyaman. Aku tau sekarang, jangan terlalu membuat seseorang senang hatinya, ataupun sedih hatinya, itulah yang dinamakan menjaga perasaan.

Selamat Jalan.
Ken.

Aku menghapus nomermu. Kita selesai sampai disini. Kita berhenti bahkan sebelum memulai. Aku tidak akan mengulangi segala hal yang telah terjadi. Aku akan fokus memperbaiki diriku. Tidak peduli bagaimana kamu.

"Kayyyy?"

Aku menoleh, seseorang berhasil mengusik segala pemikiranku tentang kamu, ekor mataku melihat Nina membawa bungkusan hitam. Dia terlihat kegirangan. "Coba tebak gue bawa apa?"

"Apa emang?" ucapku tak selera.

"cilok dong!" Ucapnya teriak kemudian memelukku.

Aku sedikit kaget, "Emang di mesir udah ada yang jualan cilok?"

Nina berdiri, memukul lenganku keras, membuatku mengaduh "ih, apaan si, na. Aku kan tanya!" ujarku kesal.

"Bodo amat Kayra. Otak lu ketutup ama cinta kali, jadi darah lo ga masuk, akhirnya pikiran elo jadi lemot gini" omelnya panas, aku hanya tertawa, dan mulai membuka cilok yang sudah sedikit dingin, "enak na, kamu dapat dari mana sih?"

"Dari saya dong, Kak"

Mendengar suara yang tak asing aku menoleh ke asal suara, mataku membulat dan cilok yang ku makan seperti berdemo meminta di keluarkan, aku terbatuk-batuk dan segera meminum air putih yang berada tidak jauh dariku. "Kamu!" teriakku, "Kamu ngapain disini?"

Seorang gadis manis berkerudung panjang menatapku dengan tersenyum di depan daun pintu kamarku, gadis itu, gadis yang sangat tidak ingin ku temui, sama seperti kamu. Gadis itu Senja, Saudara kembar kamu, Keanu.




----
@fira.syarifahs

Link untuk part 3

1 komentar:

  1. Lanjuut, kak! Seru.

    Aku ninggalin link ya: https://rifalnurkholiq.blogspot.com/2018/10/three-girls-ive-amazed-before.html?m=1

    BalasHapus

late's fira's gram