Rabu, 31 Oktober 2018

Jangan Lupa Bahagia.




Zaman dahulu, saat kita masih kecil, sangat mudah rasanya menemukan kebahagiaan. Ia tercecer diantara lumpur dan tanah, di sebuah bola yang sudah tua nan usang, di lapangan, di sungai bahkan di sebuah layangan yang putus. Namun dewasa kini, rasanya kebahagiaan sangat sulit di temui. Butuh perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan. Rasa-rasanya ia menjelma menjadi barang mahal nan mewah. Jika kau tidak punya banyak uang, tidak punya followers banyak, tidak populer, tidak punya pacar ganteng atau cantik, tidak punya medsos, maka kamu ga bahagia. Tapi, benarkah parameter bahagia sepeti itu?


Akhirnya banyak sekali populasi manusia yang menderita anxiety disorder di dalam hidupnya. Takut karena tidak bisa merasakan bahagia seperti yang di rasakan oleh orang lain yang mereka liat di sosmed. Bekerja keras demi mendapat kebahagiaan tapi tak kunjung mendapatkannya. Sedihnya, dari sekian banyak populasi yang menderita anxiety disorder salah satunya adalah pemuda islam.

Apasih yang menyebabkan kita susah merasa bahagia? Mungkin yang pertama adalah membandingkan diri kita dengan orang lain. "Dengan usia yang sama tapi mengapa mereka lebih baik?", "Mengapa mereka bisa bersekolah di luar negri sedang aku tidak?", "mengapa mereka putih cantik ganteng kaya sedang aku bahkan sudah mencoba banyak produk kecantikan masih terlihat biasa saja?" no dear, you've your own time. Waktu sukses mereka berbeda dengan waktu sukses kita. Jangan terlalu menggantungkan kebahagiaan kita ke parameter kebahagiaan orang lain. Itu pedih bro, ga bakalan nyampe bahagia elu.

Yang kedua adalah penerimaan terhadap qodho-qodar. Konsep qodho dan qodar ini, jika di resapi maka seharusnya tidak pernah ada kegelisahan, kecemasan, dan kegalauan dalam diri. Karena apa? Karena dengan konsep inilah kita paham, mana lingkaran yang dikuasai manusia dan mana lingkaran yang menguasai manusia. Mana hal yang bisa kita pilih, mana yang tidak. Mana hal yang bisa kita perjuangkan, mana hal yang memang harus di biarkan begitu adanya. Mana hal yang di hisab, mana yang tidak di hisab. Dengan memetakan seperti ini, kita bisa lebih fokus dengan apa yang kita bisa rubah, dan tidak berlarut-larut dengan apa yang sudah menjadi takdir.

Karena sejatinya, kebahagiaan itu di ciptakan dari diri sendiri, bukan dari luar. Itu adalah masalah internal diri sendiri. Tentang pemahaman di dalam diri kita. Lagipula, Kita pantas bahagia, kita punya Allah yang maha segalanya. Maka dari itulah, sedih boleh, berlarut-larut jangan.


Jangan lupa bahagia, karena kamu memang pantas bahagia. :)


@fira.syarifahs

1 komentar:

late's fira's gram