Boleh jadi, kita berbeda sekali memahami hidup ini dengan orang2 terdahulu yg bahagia hidupnya. 1. Kita selalu menerjemahkan kesuksesan dengan ukuran fisik. Mereka tidak. Apa itu kesuksesan? Apakah itu benda berwujud kekayaan? Harta berlimpah. Atau berbentuk ketenaran? Semua orang tahu, dan mengenal? Orang2 terdahulu yg bahagia hidupnya, mereka menerjemahkannya sangat sederhana: kebermanfaatan. Saat hidupnya bermanfaat banyak bagi orang lain, maka sukseslah hidupnya.
“Karena
aku mencintai yang sewaktu-waktu pergi, yang sewaktu-waktu diambil. Aku belajar
bagaimana caranya melepaskan. Aku belajar bagaimana menyikapi kepergian.
Ramdhan adalah bulan yang boleh dibilang sangat di tunggu –
tunggu oleh kaum muslimin. Selain karena bulan yang special, Ramadhan adalah
bulan yang penuh kegembiraan. Saat di bulan bulan lain kita sibuk, tidak ada
waktu untuk berkumpul bersama keluarga atau teman, bahkan mungkin waktu untuk
diri sendiri pun jarang.
Namun entah mengapa di bulan Ramdhan waktu selalu berbaik
hati kepada kita. Kita menjadi sering sekali berkumpul bersama keluarga saat
sahur dan berbuka. Juga kesempatan bersama teman – teman yang jarang ada kini
bergiliran datang. Kita lebih rajin mengurusi diri sendiri, memperbanyak
ibadah.
“Setiap ramadhan pasti memiliki
cerita yang berbeda”
Ramadhan ke empat tanpa ummi.
Ramadhan pertama tanpa teman – teman.
Alhamdulillah, Allah masih membiarkan
kita semua merasakan ramadhan tahun ini. Semoga kesempatan yang telah Allah
berikan tidak kita lewatkan begitu saja dengan melakukan hal yang sia – sia.
Kita memang pernah saling menyukai. Namun perasaan
tersebut bukan lantas membuat kita merasa saling memiliki bukan ?
Aku mendesah
tertahan, kedua pandanganku tak bisa berhenti memperhatikan tetesan air hujan
yang jatuh ke tanah. Lihatlah, bagaimana bisa langit begitu ikhlas melepaskan
ribuan titik air hujan ? sekali lagi aku mendesah, tangan kananku mengambil
kopi hitam yang entah mengapa menjadi minuman favoritku. Mungkin semua ini
karena gadis itu.
Apakah Allah Akan memasukkan kita ke dalam kumpulan orang –
orang yang terangkat derajatnya, padahal ketika Allah memberi ujian, kita terus
saja mengeluh ?
Apakah Allah akan memasukkan kita ke dalam golongan orang –
orang yang rendah hati, padahal dalam hati kita mungkin pernah muncul setitik
rasa iri maupun dengki ?
Apakah Allah akan memilih kita untuk memasukkannya ke dalam
kumpulan orang – orang yang sabar sedangkan kita masih meluapkan rasa marah
kepada hal – hal kecil ?
maksudku, kita seharusnya marah karena Allah.
Aku tidak tau bagaimana menuliskannya sekarang, rasanya
banyak sekali kata – kata yang berserakan di otakku, namun sepertinya rindu
telah menghalangiku untuk merangkainya menjadi kesatuan kalimat yang padu. Aku
tidak bisa berfikir lagi, aku merasa diriku lebih melankolis saat kau tidak ada
lagi, aku .. ah, aku tidak tau.
Setiap orang pasti mempunyai banyak masa lalu. Baik/buruk,
memalukan/menggembirakan, masa lalu yang ingin selalu dikenang atau bahkan tak
ingin di ingat lagi.
Kau tau, aku pun memilikinya.
Aku memiliki masa lalu yang membuatku perlahan tersenyum
ketika mengenangnya, tapi aku juga memiliki masa lalu yang tak ingin aku ingat
kembali.
Itulah kehidupan. dimana hal yang bertolak belakang bisa saja
tumbuh dalam tanah yang sama.
Pernah tidak, ketika kita membaca suatu puisi pikiran kita melayang kepada seseorang ? atau pernah tidak, ketika membaca sebuah tulisan angan kita mengembara kepada seseorang ?
Atau ketika kita membaca kata 'kamu' bukankah selalu ada sesosok bayangan yang datang ke otak kita ?
Kalau direnungkan dengan tenang, sebenarnya kita tidak pernah selesai dalam banyak hal. Setiap kali sebuah urusan kita rasa selesai, sejatinya urusan berikutnya sudah siap di depan mata menyambut kita untuk minta diselesaikan, begitu seterusnya tidak pernah berhenti hingga tidak ada lagi kehidupan di dalam raga kita ini.
"Benar kata kebanyakan orang, jatuh cinta bisa membuatmu berubah, bahkan bertolak belakang dari dari sifatmu sebelumnya. karena itu, berhati - hatilah jika jatuh cinta. boleh jadi apa yang kamu bayangkan sedemikian rupa, faktanya tidak seperti itu.
Melanjutkakn Postingan Kemaren yang bisa di klik disini. Malam itu
kita mulai bakar jagung sekitar jam 10 malam. Suasana nya udah sepi banget,
tapi entah kenapa rasanya nyaman. Karena tempat panggangannya Cuma ada satu,
kita gantian buat bakar dan setiap ada jagungnya ada yang matang, kita makan
bareng – bareng. Rasa kekeluargaannya udah keluar banget, apalagi selalu
diselingi canda tawa.
Seseorang pernah berkata, jika kau
iri maka kau kalah. Dan saya setuju dengan pernyataan tersebut. Karena itulah,
semenjak saya mendengar kalimat tersebut, saya tidak pernah iri lagi. Tentu iri
di sini bukanlah iri dengan kebaikan orang lain. Itu konteks yang berbeda. Jika
dalam hal kebaikan kita harus iri, istilahnya berlomba – lombalah dalam hal
kebaikan.
Setelah sekian
lama menunggu, Akhirnya Bang Tere menerbitkan buku baru. Yeay ! sebenarnya gak
pernah nyangka kalo bakalan ada buku baru. Maksudnya kita semua tau bahwa buku
yang akan diterbitkan di awal tahun 2016 itu adalah Matahari. Tapi,
Hujan datang dan syalaaa .. terbit duluan !
Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah.
Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi, kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka, tidak relevan penilaian orang lain.”
Sebenarnya,
di sekolah kita ada suatu tradisi. Jadi setiap ada angkatan yang mau Ujian
Nasional, akan diadakan mabit. Ya, memang sebenarnya bukan tradisi yang baru –
baru amat dan unik – unik amat sih, mungkin sebagian sekolah juga banyak yang
melakukan program ini. Tapi, (lagi) karena kita sekolah di sekolah ber-asrama
rasanya senenneeenggg banget ketika udah tau tanggal pastinya mabit akan
dilaksanakan. Maklum, karena anak asrama jadi jarang keluar. Keluar seminggu
sekali, itupun gak mungkin bareng – bareng satu kelas kan?
Kamis,
18 Februari 2016. Setelah pusing (dalam artian sesungguhnya) mengerjakan Tryout Bahasa Inggris dan Fisika yang
soalnya langsung dari Kabupaten, kita langsung siap – siap “Go To Bromo” Ya. tempat
mabit dilaksanakan adalah .. BROMO ! Kita bakalan mabit di daerah deket Gunung
Bromo. Mungkin sekitar dua puluh menitan perjalan naik mobil dari homestay (tempat nginep kita)ke Gunung Bromonya.
Allah
memberikanku kehidupan untuk beribadah kepada-Nya dan menggapai ridho-Nya. Tapi
kenapa di dalam kehidupan sehari – hari aku masih melakukan hal – hal yang
membuat Allah tidak ridho terhadapku ?” #ThinkAgain.
Jika
Allah masih bukan menjadi prioritasmu di dunia. Lalu, siapkah dirimu jika tidak
menjadi prioritas Allah di akhirat kelak ? #ThinkAgain
“Dikatakan atau
tidak, itu tetap cinta bukan ? tak mengurangi sedikitpun nilainya”
-Tere Liye
Aku Bahagia. Aku Sedih.
Merasa sedih dan bahagia secara bersamaan. Pernahkah kau
merasakannya ? Aku merasakannya sekarang. Aku bahagia saat membaca rentetan
tulisanmu. Caramu merangkai ratusan huruf tersebut menjadi sebuah kalimat yang
indah benar – benar membuatku
terkesan. Aku bahagia, karena tanpa bersusah payah, aku bisa mengetahui
bagaimana keadaanmu setiap harinya.
‘Pertemanan
itu bukan berarti harus slalu dekat dan bersama. Pertemanan itu harus selalu
mendukung dan menguatkan. Itu yang akan menjadi bekal di kemudian hari’
-MasGun
Hari demi hari kini
berlangsung dengan cepat. Tanpa sadar bulan February akan segera habis,
berganti Maret lalu April. Rasanya waktu berjalan sangat cepat. Terhitung
sekitar tiga bulan lagi dari hari ini, aku dan teman – teman sekelasku akan
berpisah, selama itu pula kami menghabiskan waktu dengan mengerjakan tumpukan
soal, bimbel, tryout, ujian praktek, uas dan hal semacamnya.
“Kau tidak akan pernah berdamai dengan masa lalumu,
jika kau tidak memulainya dengan memaafkan dirimu sendiri. Kau harus memulai
memaafkan semua yang telah terjadi. Tidak ada yang patut disalahkan”
“Apa setelah aku melakukan semua itu aku akan bisa
berdamai dengan masa laluku ?”
“Orang
bilang, Sebuah tulisan, bahkan yang tersirat sekalipun, jika dari hati, akan
sampai kepada orang yang dituju. Tapi, Mengapa sampai saat ini, kau tak pernah
tau, bahwa dirimulah yang menjadi muara atas rangkaian aksaraku ?
Orang
bilang, Ketika kau merindukan seseorang, lihatlah ke langit luas dan berdoa
untuknya. Niscaya rindumu –atau setidaknya do’amu akan sampai kepada hati
seseorang yang kau maksud.
Orang
bilang, Manusia itu mahluk yang peka. Sedikitnya mampu menangkap sinyal sinyal
kecil yang menghampirinya.
Tapi,
Mengapa Kamu Tidak ?
Mengapa
semua yang orang bilang itu tidak berlaku sama sekali untukmu ?”
Kamu adalah sahabatku.
Sahabat dekatku. Jika ditanya apakah aku menyayangimu, tentu saja dengan tegas
aku akan menjawab “IYA”. Beberapa tahun belakangan ini memang kita tak lagi
bersama. Apalagi penyebabnya jika bukan jarak diantara kita. Jarak dalam artian
yang sebenarnya. Meski begitu, sungguh, aku masih menyayangimu.
Aku masih peduli
terhadapmu. Bukan ‘sekedar’ peduli. Tapi benar – benar peduli. Meskipun tak
dipungkiri tak lagi sering bertukar pesan atau suara tapi (lagi) aku cukup
senang bisa mengetahui kabarmu dari setiap sosial media yang kau punya.
Setidaknya aku tak kerepotan lagi untuk mencari bagaimana kabarmu, apa
kesibukanmu dan seperti apa dirimu sekarang.
Malam ini, ada banyak sekali kosa
kata yang bertebaran liar di dalam otakku. Banyak. Banyak sekali. Sebanyak
dedaunan yang jatuh dan terbang tertiup angin. Sebanyak rintikan air hujan yang
terjatuh ke atas tanah. Sebanyak rasa bersalahku, kepadamu. Yang dari semua
itu, intinya : tidak terhitung.