Kamu adalah sahabatku.
Sahabat dekatku. Jika ditanya apakah aku menyayangimu, tentu saja dengan tegas
aku akan menjawab “IYA”. Beberapa tahun belakangan ini memang kita tak lagi
bersama. Apalagi penyebabnya jika bukan jarak diantara kita. Jarak dalam artian
yang sebenarnya. Meski begitu, sungguh, aku masih menyayangimu.
Aku masih peduli
terhadapmu. Bukan ‘sekedar’ peduli. Tapi benar – benar peduli. Meskipun tak
dipungkiri tak lagi sering bertukar pesan atau suara tapi (lagi) aku cukup
senang bisa mengetahui kabarmu dari setiap sosial media yang kau punya.
Setidaknya aku tak kerepotan lagi untuk mencari bagaimana kabarmu, apa
kesibukanmu dan seperti apa dirimu sekarang.
Akhir – akhir ini, aku
merasa sedih karenamu, Sahabat. Bagaimana kau dengan mudahnya melepaskan tudung
kepala nan baju longgar yang dulu senantiasa menggiringi langkahmu ?
Aku akui, kau mempunyai
wajah yang cantik, Sahabat. Namun, aku sedih karena cantikmu kau berikan untuk
semua orang secara cuma – cuma. Rambutmu itu indah. Namun, aku sedih. Mengapa
kau perlihatkan semua itu kepada semua orang, bahkan kepada orang – orang yang
tak mengenalmu.
Aku sayang, sayang sekali
kepadamu. Karena alasan itulah aku ingin bersamamu di surga nanti.
Aku sayang, sayang sekali
terhadapmu. Karena alasan itulah aku tak ingin dirimu berada dalam panasnya api
neraka.
Memang aku bukan Sang
Pencipta yang tau akan kemana akhir manusia. Surga atau Neraka. Akan tetapi,
sebagai hamba-Nya, aku paham (dengan pasti) bahwa Allah akan lebih ridho
terhadap orang yang menuruti perintah-Nya daripada membangkang-Nya. Dan kau
pasti tau, menutupi seluruh tubuh dan rambutmu dengan sempurna adalah perintah
langsung yang dijelaskan dalam kitab suci. Sebuah kewajiban.
Ah, aku bukan bermaksud
mengguruimu, Sungguh. Karena mungkin kau mungkin lebih pintar dari pada diriku.
Aku hanya ingin kita bersama. Di dunia maupun di akhirat. Bukankah akan lebih
baik jika persahabatan kita akan abadi hingga ke surga-Nya ? Aku pun belum
sempurna menjalankan semua perintah Allah. Karena itulah, kita harusnya bersama
– sama belajar, mengingatkan dan berlom – lomba dalam hal kebaikan. Bukankah
dua orang yang berusaha menjadi baik daripada seseorang yang sok baik ?
Jadi. Kau mau kan, Sahabatku
?
Rumah, 02
February 2016 | ©Rara Syarifah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar