Sabtu, 27 Februari 2016

#CAS 3 : Excited For Bromo. (Part 1)


Hari Pertama

            Sebenarnya, di sekolah kita ada suatu tradisi. Jadi setiap ada angkatan yang mau Ujian Nasional, akan diadakan mabit. Ya, memang sebenarnya bukan tradisi yang baru – baru amat dan unik – unik amat sih, mungkin sebagian sekolah juga banyak yang melakukan program ini. Tapi, (lagi) karena kita sekolah di sekolah ber-asrama rasanya senenneeenggg banget ketika udah tau tanggal pastinya mabit akan dilaksanakan. Maklum, karena anak asrama jadi jarang keluar. Keluar seminggu sekali, itupun gak mungkin bareng – bareng satu kelas kan?

            Kamis, 18 Februari 2016. Setelah pusing (dalam artian sesungguhnya) mengerjakan Tryout Bahasa Inggris dan Fisika yang soalnya langsung dari Kabupaten, kita langsung siap – siap “Go To Bromo”  Ya. tempat mabit dilaksanakan adalah .. BROMO ! Kita bakalan mabit di daerah deket Gunung Bromo. Mungkin sekitar dua puluh menitan perjalan naik mobil dari homestay (tempat nginep kita) ke Gunung Bromonya.


            Sebelum berangkat, kita dapet tugas dulu. Yaitu bungkusin barang – barang untuk anak – anak disana. Semacam bingkisan gitu. Oleh – oleh.


       
     Sesampainya disana sekitar jam empat lebih. Kita langsung naruh barang – barang di kamar. Sambil melepas penat, kita duduk di depan televisi. Kita enggak boleh lihat macam – macam. Cuma tvone sama metrotv. Karena jarang nonton televisi, kita gak ambil pusing sama aturan itu. Toh, kita juga gak terlalu excited lihat yang lainnya. Tayangan televisi sekarang banyak yang tidak bermutu bagi generasi muda seperti kami.

            Tiba – tiba ustad Arif ngetuk pintu. Beliau tanya, apa ada yang mau ikut pengajian di rumah warga. Sebagian besar dari kita jawab iya. Bersiap – siaplah kita. Tapi, karena katanya rumah warga yang dibuat pengajian tidak cukup untuk menampung anak akhwat yang jumlahnya tujuh belas,  akhirnya dipilihlah acak diantara kita. Hanya tiga orang, Erna, Fifi dan Ilma. Juga ustadzah Nihayah dan anaknya yang unyuu, Adel.

(di depan homestay-)

            Sedangkan yang lain memilih untuk berjalan – jalan. Langit senja terlihat bagus dan saat yang pas untuk menambah koleksi foto kita. Subhanallah, mungkin itu adalah kata yang tepat untuk melambangkan pemandangan yang kita lihat. Buaguuss.. indahhhh sekali. Kami berlari – larian menyusuri jalan setapak yang panjang dan memang sepi. Setelah agak jauh melangkah, kami bertemu ibu – ibu yang membawa kayu bakar di punggungnya. Kami tersenyum menyapa, ibu itu bertanya “Mau jalan – jalan ya, nduk”  kami mejawab “iya bu” sambil mengangguk.


            Ah, seorang ibu memang berani berkorban demi anak – anak nya. Aku tidak tau berapa berat pastinya. Namun, kayu – kayu itu jelaslah sangat berat (bagi diriku). Semoga Allah senantiasa memberi kebaikan dalam setiap langkah ibu tersebut. Amin.

            Karena hari mulai mendekati maghrib, dan ada sebagian anak yang berpuasa akhirnya kita memilih untuk pulang dan membeli ta’jil. Adzan maghrib berkumandang, kita sholat berjamaah dilanjutkan dengan makan. Kita makan bareng – bareng. Kertas nasi di tata dengan begitu apiknya, dannnn makaannn. haha. Memang sempit – sempitan, tapi kapan lagi kenangan seperti ini akan terulang ? sekitar dua bulan lagi kita akan lulus, jadi sebisa mungkin kita memilih membuat kenangan unik nan berkesan disetiap detiknya.



            Setelah makan, kita langsung sholat isya berjamaah lalu dilanjutkan dengan sharing bersama ustadzah Nihayah. Judul besarnya, bagaimana melanjutkan dakwah kita jika di dunia perkuliahan nantinya. Awalnya kita ditanya mau kemana setelah lulus nanti. Ya, jawabannya beragam. Ada yang mau kuliah, kursus, belajar ke luar negri dan nikah. Tapi sebagian besar jawabnya melanjutkah kuliah. Aku juga sempat ditanya. “Fira katanya mau lanjut ke Jogja ya ?” aku tersenyum dan menjawab, “Gak jadi ustadzah, mungkin di Jember. hehe”

            Dalam dunia perkuliahan nanti, (kata Ustadzah Nihayah) bakal ada banyak tipe – tipe orang, dan kita harus dituntut kreatif dalam menjabarkan kebaikan kepada mereka.




            Tak terasa, malam semakin larut. Sebagian dari kami mulai mengantuk, bahkan sudah ada yang berselimut tebal dan tiduran di kasur. Maklum, udara Bromo memang sangat, sangat dingin. Membuat kami semakin nyaman berada di atas kasur empuk. Tapi, karena ada agenda yang sangat menyenangkan, kami tidak jadi tidur. Agenda itu adalah membakar jagung !




Rumah, 22 Feb. 16 | ©Rara Syarifah
                                                                                                                             Lanjut Ke Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram