Senin, 05 Oktober 2015

Ketika kau memilih dia.






“Berharap pun tak kan bisa merubah kenyataan, kau memilih dia”


            Aku menghela nafas panjang, kedua mataku nanar menatap langit – langit kamarku, kemudia beralih menuju lembaran kertas berwarna biru muda di hadapanku. Lembaran kertas yang sukses merubah moodku hari ini memburuk. Lembaran kertas yang bertuliskan nama seseorang yang sama sekali tak kuharapkan dan sama sekali tak inginku ingat.


            Dia dan dia. Fahri dan Nayla.

            Didalam dadaku rasanya benar – benar ingin meledak. Aku bahkan tak pernah menyangka jika ending kisahku akan menjadi seperti ini. Semua ini benar – benar tak ada dalam imajinasiku. Aku selalu berfikir bahwa nantinya aku akan menjadi seorang putri. Namun, nyatanya aku tak lebih dari seseorang yang telah kalah sebelum peperangan dimulai.

            Akh. Aku belum siap. Mengapa Allah mengujiku seperti ini ?

            Kreek. Pintu kamar kos ku terbuka, kepalaku reflex mendongak. Seseorang berkerudung coklat masuk dan tersenyum kearahku. Ia mengangkat sebuah kantung plastic berisikan kentang goreng, makanan kesukaanku. Tapi, entah. Sepertinya selera makanku menghilang saat ini. Aku hanya membalas senyuman Titha tanpa niat.

            “Udah, lupain aja.” Ucapnya lirih sambil duduk di sampingku.

            Aku menatapnya tak setuju. “Bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu ? temanmu ini lagi patah hati !” jawabku dengan sedikit ketus.

            “Bukannya selama ini kamu biasa aja ? kamu juga katanya udah move on. Kenapa Cuma gara – gara selembar kertas ini kamu jadi gini lagi ?”

            Mendadak aku terdiam. Benar. Selama ini aku baik – baik saja. Dan selanjutnya aku harus terus baik – baik saja pula. “Yah. Kamu benar. Aku terlalu melankolis”

            Titha mengangguk – anggukkan kepalanya pelan, “Yang harus kamu lakukan sekarang itu adalah focus.  Sama mimpimu. Sama mimpi kita. Di masa depan kita harus sukses. Anggap ini Cuma lemparan kecil.” Titha menjulurkan kentang goreng dihadapanku, “Mau ?”

           “Mau lah” Aku mengambil kentang goreng yang dijulurkan dan langsung memakannya. “Kamu bener, Tit.  Berharap pun gak bakal nge – rubah kenyataan kalo Fahri milih Nayla, kan ?”

            “Sip. You get the poin !” Aku dan Titha sama – sama tertawa. “Eh, keluar yuk. Tadi aku lihat diskon di toko buku seberang.”

            “Boleh. Yuk.”

            Dan pada akhirnya, aku mengerti. Jika dia bukan jodohku,masih ada dia – dia – dia yang lain. Untuk apa memusingkannya sekarang. Yang harusnya ku ributkan saat ini adalah jalan untuk memantaskan diri. Bukan dihadapan jodoh, tapi dihadapan Allah. Bukan untuk mengharap jodoh tapi mengharap ridho Allah.

            Jalan kesuksesan masih terbentang luas. Tak usah termangu untuk dia yang tak sempurna. Ada Allah yang maha sempurna. Cintai DIA, maka dapatlah kesempurnaan cinta, tanpa adanya sakit hati.

            Ya. Akhirnya aku mengerti.




#Aku

Yang telah berhasil move on J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram