Senin, 22 Juni 2015

Ketika Cinta Berkawan.






        Langit telah menunjukkan semburat berwarna jingga, burung – burung yang sedari tadi berterbangan tanpa arah di langit pun kini mulai kembali menuju sarang masing – masing. Namun, bukannya mengikuti jejak para burung untuk kembali pulang, aku malah tetap disini. Tersenyum menatap langit. Tak berniat sedikit pun untuk kembali pulang.


        Perlahan aku menutup mata dan menghela nafas panjang. Terhitung, sudah 3 tahun berlalu. Tapi, rindu ini masih belum bisa terlepas, meski ditelan waktu. Malah, rasanya masih sama persis seperti hari pertama pasca perpisahan itu. Ah – lagi lagi kenangan itu hadir. Lagi – lagi kisah konyol mereka membayangi lorong fikiranku. Aku merindukan mereka, ya, siapa lagi jika bukan teman – teman semasa sekolah menengah atas, atau SMA.

        Tak bohong rasanya jika banyak orang berkata bahwa masa SMA adalah masa yang indah. Masa SMA adalah dimana kau akan menemukan jati dirimu dan teman – temanmu. Masa SMA adalah dimana kau akan mengenakan seragam putih abu – abu. Hei, jangan tertawa. Bukankah aku benar ? warna putih abu – abu adalah warna kebangsaan warga SMA.

        Kini, tanpa sadar aku kembali tersenyum. Hanya tiga tahun masa itu, tapi itu adalah masa terindah. Aku ingat, bagaimana dulu ketika jam kosong, kita bisa begitu gaduh. Atau, bagaimana bisa, kita membuat dua guru meninggalkan kita karena marah, dan bukannya minta maaf, kita malah pulang dan tak mempedulikannya. Haha, jujur, jika bisa, aku ingin mengulangi masa itu.

        Dan memoriku masih memutar semua kenangan ulang tahun kita yang ke tujuh belas. Iya, kita semua. Traktiran bergilir. Carina yang disiram tiga kali dalam sehari, Ina yang di bully –mencuci semua sandal anak anak-, Aku yang disiram air got yang menjijikan, Ayu yang adem ayem namun traktirannya malah paling nikmat diantara yang lain. Siapa yang tidak merindukan masa SMA seperti itu ?

        Angin semilir malam mulai membelai kerudung unguku. Aku mengeratkan jaket yang sedari tadi memang kupakai. Aku masih ingin disini, duduk di balkon depan apartemenku. Menatap jutaan rumah warga Bogor. Ah, jika disetiap rumah itu setidaknya ada satu anak yang duduk di bangku SMA, maka ada jutaan anak pula yang merasakan manisnya dunia SMA. Dunia putih abu – abu. Dan jika setengah anak dari mereka bersifat melankolis seperti diriku, maka .. entah, aku tak bisa membayangkannya.

        Aku mengambil handphoneku yang tergeletak tak jauh dari tempatku berada. Dengan lihai jemariku mencari playlist lagu yang menurutku cocok untuk menjadi backsong kali ini. Dan, Play for Ali Sastra – Sahabatku.

        Hari – hari saat aku bersamamu, sahabat ..
          Telah lama, waktu yang kita lewati bersama ..
          Kusadari, masa itu, adalah masa – masa terindah.
          Dalam sukaku, dalam dukaku, kau selalu ada ..
     
   Dan, dapat ditebak. Aku menangis. Aku merindukan teman – teman masa SMAku. Ketujuh belas temanku yang bersifat absurd namun dapat menjadi satu. Benar, kata seorang guruku : selama SMA, gunakanlah masa – masa terbaikmu bersama teman – temanmu. Karena, jika lulus nanti, jangankan berkumpul dan membahas masa lalu, bertemu saja mungkin sangat terasa sulit. Karena, yang membuat masa – masa putih abu – abu menjadi istimewa adalah teman. Ya, pertemanan.




Probolinggo, 22 Mei 2015

Saat aku merasa,mereka sangat berharga.
Rara Syarifah.

*******




              

2 komentar:

late's fira's gram