Kamis, 04 Juni 2015

Inspired by "Word to live by .. "



        Wah, akhirnya saya comeback juga di blog yang kayaknya udah jamuran ini. Haha, sebenarnya dari kapan hari udah niat nge – blog. Tapi adaaaa aja alasann yang akhirnya bikin saya gak jadi posting. Charge lepi rusak, saya malas, dan lain – lain lah.
Sekedar cerita, kemarin malam kebetulan saya lagi googling dan gak sengaja menemukan tumblr milik Sri Izzati. Tau kan dia ? ‘mantan’ penulis cilik itu lo, kenapa mantan ? soalnya dia udah jadi mahasiswa sekarang, Mahasiswa Psikologi di Universitas Indonesia. ( My dream -_- )


Saya pertama baca postingannya itu yang judulnya “ Word to live by ..“ disana, dia bercerita kalo dia dapet tugas dan tugas itu mengharuskannya mewawancarai penulis favoritnya yang ternyata adalah ‘Dee’ Dewi Lestari. Akhirnya, mbak Izzati mengirimkan e-mail pada Mbak Dee. Tapi, bukannya menjawab atas pertanyaan mbak Izzati, mbak Dee hanya menyarankan untuk membuka blog ini yang berisi tentang kumpulan interview milik Mbak Dee.

Dan pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan yang ‘ngena’ di hati saya dan membuat saya tambah termotivasi untuk menjadi menjadi seorang penulis.

Menurut Mbak Dee, apakah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi penulis?

Keberanian untuk memulai, keberanian untuk gagal, dan keberanian untuk sukses. Banyak yang ingin menulis tapi karena terjebak dalam konsep-konsep tentang kepenulisan akhirnya malah nggak mulai-mulai. Menurut saya, yang penting adalah mulai dulu. Dan di tengah jalan, dia harus berani menghadapi kegagalan. Kalau karyanya tidak selesai , karyanya ditolak, ia tidak lantas berhenti. Ia malah harus semakin tertantang dan belajar memperbaiki tulisannya. Dan terakhir, jika sukses, ia juga kuat menghadapi tantangan dan tekanan yang diterima oleh pembaca dan lingkungannya. Karena kesuksesan bukannya tanpa tantangan, kita malah harus lebih lihai dan hati-hati menghadapinya.

Selain itu, keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar bisa menghasilkan karya yang bagus?

Membaca. Anggaplah menulis dan membaca itu seperti kegiatan bernapas, yang keduanya harus ada untuk saling menghidupi. Saat menulis kita mengembuskan napas, menyalurkan inspirasi dan ide dalam benak kita. Saat membaca, kita menarik napas, mengumpulkan informasi, memperkaya diri, untuk menjadi bekal saat kita menulis nanti.




Dan tentang pic di atas, entah. Saya kok suka banget sama quotesnya. Jadi, saya pajang, hitung – hitung buat motivasi diri kalo semangat nulis kendor :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram