Minggu, 27 Oktober 2019

Kita tidak berjuang sendirian






Pernah tidak sih merasa lelah? Kalo kata pepatah tuh, sudah jatuh, malah tertimpa tangga. Pernah tidak?



Saya pernah dalam sehari merasa lelah sekali. Aktivitas datang beruntutan. Bukan hanya fisik saja yang bekerja, otak juga harus dituntut. Dan tidak semua berhasil. Kadang ada waktu dimana, saya sudah bersusah payah berjuang, tapi yang datang malah kegagalan.

Saya capek, saya merasa gagal. Apa saya yang kurang memaksimalkan potensi diri? Kok rasa-rasanya orang-orang santai-santai saja tuh meskipun sama-sama berjuang. Apa saya salah dalam memilih keputusan? Sehingga membuat kesalahan dan kegagalan menghampiri? Apa saya banyak dosa ya? Saya sangat ingin mengeluh. Panjang lebar sambil nangis-nangis.

Namun, sebelum niat saya terlaksana, saya berpikir lagi. Ini benar nggak sih apa yang saya lakukan? Sedangkan saya sendiri sudah ngaji, sudah belajar bagaimana memanage potensi diri. Sukses gagal itu biasa, benar salah itu biasa dalam kehidupan. Asal tidak keluar dari syari'at-Nya.

Pernah mendengar kita kadang harus mundur dahulu sebelum melesat kedepan dengan cepat?

Anggap saja itu kita. Mundur satu langkah untuk maju lima langkah. Lelah, menangis, kecewa, mengeluh, sehari lalu berjuang sampai titik penghabisan di hari-hari selanjutnya.

Kadang kalau seperti ini, saya berdoa, Ya Allah, semoga engkau meneguhkan aku atas agama-Mu. Semoga engkau membantuku untuk menguatkan masa mudaku. Semoga apa-apa yang aku lakukan sekarang tidak hanya bernilai manfaat sementara, tapi selamanya. Selalu seperti itu. Karena sebagai seorang muslim, doa adalah senjata, bukan?

Dan, sejujurnya kita tidak berjuang sendiri. Ada manusia-manusia disekitar kita, dibalik senyum merekah milik mereka tersimpan banyak luka. Kita harus menjadi lebih kuat untuk membantu mereka bukan?

Ah, menulis ini membuat saya setidaknya "terhibur" lalu kemudian ingat, bahwa masih banyak tanggung jawab sebagai hamba yang harus di selesaikan. Allah tidak mungkin menguji hamba-Nya di batas yang tidak mampu ia selesaikan, bukan?

Kalau Allah saja yang maha sempurna percaya, kenapa kita tidak sih?

Bukannya kita punya Allah? Dimana ketika kita rasanya sudah di ambang batas, Allah selalu bisa mengirim pertolongan-Nya.

Semangat aku, kamu dan kita!


Kairo, 27 Oktober 2019 13:30 | @fira.syarifahs
[Setelah 'berperang' mendapatkan muqorror]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram