Jumat, 28 September 2018

Sepotong Kue





          Baiklah,

          Aku menganggapmu sebagai sahabatku, tapi lupa apakah kau menganggapku sebagai sahabatmu.

          Aku menyayangimu, tapi aku lupa apakah kau juga menyayangiku.

          Aku selalu mendekat padamu, tanpa tau apakah kau merasa nyaman di dekatku atau tidak. 

          Aku selalu mencoba untuk melakukan sesuatu, menjelaskan sesuatu, menyarankan sesuatu, bertanya sesuatu, membuktikan bahwa aku peduli padamu. Aku bahagia tapi aku lupa akan kebahagianmu.


          Katanya, apa yang di lakukan dengan hati akan sampai ke hati pula. Kata siapa? Buktinya kamu cuek-cuek aja tuh. Bagaimana akan sampai ke hati, jika tulisanku tentangmu saja, kamu tidak tertarik untuk membacanya. 

          Lalu pada suatu malam kamu mengirimkan kue, dengan kertas diatasnya, aku pikir ini adalah caramu untuk meminta maaf. Tapi aku salah. Rupanya ini adalah caramu untuk lebih menikamku. Lukaku berdarah, menganga, lebar sekali. Bahkan sekalipun ku tutup dengan tangan, darahnya tetap mengalir.

          Kamu jahat sekali. Aku ingin kamu jatuh sepertiku. Lebih parah tidak apa-apa, bahkan jika boleh kudoakan, semoga kamu jatuh berguling-guling, sampai lecet-lecet, sampai masuk selokan, di saat malam hari dan mati lampu. Biar saja, memang enak sendirian di tengah kegelapan!

          Tapi, kamu juga baik.

          Kamu mengantarkan kepedihan tidak sendiri. Di belakangnya ada kebahagian. Rupanya aku yang terlambat, mengetahuinya setelah mencaci makimu dengan kejamnya. Jadi, kesimpulannya, kamu manusia jahat berlumuran sisi baik begitu?

          Ah entahlah, kamu adalah sosok dingin yang terlalu ramah bagiku.






@fira.syarifahs

3 komentar:

late's fira's gram