Jumat, 27 November 2015

Tak Harus Tunggu Waktu.





Bersedekah tidak harus menunggu rejeki lapang...

       Sebenarnya, sudah lama saya mengetahui kalimat tersebut. Namun entah mengapa saya tidak melihat bukti nyata. Kebanyakan orang disekitar saya adalah orang - orang yang boleh dibilang mapan -atau cukup- jadi, menurut saya, wajar saja mereka bersedekah. tidak ada istimewanya. 

          Akan tetapi, suatu ketika.. saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seseorang. dan seseorang tersebut sukses total untuk merubah segala presepsi saya tentang bersedekah.

            Hari sudah siang, suasana panas. mungkin karena Probolinggo sudah memasuki musin hujan, setiap hujan mau turun, panas sekali rasanya.
bahkan panasnya berlaku pula untuk malam hari. tetapi, kali itu saya sangat membutuhkan beberapa rempah - rempah. persediaannya dirumah sudah habis. jadi, ya akhirnya saya sempat-sempatkan untuk membelinya di pasar yang letaknya tak jauh dari tempat saya mengajar.

              Bisa ditebak, pemandangan pasar sudah jauh dari riuk ramai seperti di pagi hari. beberapa kios bahkan banyak yang sudah tutup. Saya edarkan pandangan saya ke seluruh penjuru pasar, ah. senyum saya mengembang bersamaan dengan saya menemukan ibu - ibu penjual rempah - rempah. Saya memegang tangan kedua anak saya -kiri dan kanan- kebetulan abinya masih ada acara, jadilah saya yang menemani keduanya. 

             "Berapa semuanya, bu ?" ucap saya ketika sudah mengambil barang - barang yang saya butuhkan.

            "lima ribu"

      Saya membuka dompet, mengambil beberapa lembar uang ribuan. namun rupanya sang adik yang masih berusia empat tahun lepas dari pengawasan saya. ia memencet - mencet tomat yang berada di depannya, menjadikannya mainan. setelah menyadari tangan si adik menyerembet kemana - mana, saya dengan tegas melarang. "Adik, jangan ah, ini tomat punya ibu itu."

      Namun, sang ibu penjual rempah-rempah mengambil tomat yang di buat mainan adik tadi dan memasukkannya kedalam plastik yang dibawa adik. "Tidak usah, bu" ucap saya menolak.

          "Tidak apa - apa" ucapnya sopan, kemudian tersenyum menatap anak bungsu saya yang senang sekali.

                 Lalu, karena tidak terima hanya sang adik yang diberi, sang kakak pun mulai merengek minta itu juga. saya menghela nafas panjang. mengeluarkan uang untuk membeli tomat yang sejenis. namun rupanya, ibu penjual itu lebih sigap, ia kembali memasukkan empat butir tomat,kali ini ke plastik milik kakak. "Aduh, bu. tidak usah." kembali saya mencoba untuk menolak.

              "Takut kotor, bu ?"

            "Tidak, bu. cuma eman, itu nanti hanya dibuat mainan"

           Sang ibu penjual tersenyum menatap wajah saya, "Saya juga punya cucu yang umurnya tak jauh beda. sudahlah bu, tidak apa - apa"

         Saya yang merasa tak enak sendiri mencoba mengeluarkan beberapa uang ribuan lagi, namun ketika ingin memberikannya sang ibu menolak dengan ramah. "Ndak usah bu. biar Allah saja yang ganti, bukan sampean yang ganti.

           Terenyuh. mungkin delapan butir tomat hanya berharga tidak lebih dari dua ribu atau seribu. namun ketika amalan itu benar dan ikhlas karna Allah, pasti Allah akan membalasnya dengan pahala yg berlimpah. itu yang kemudian saya yakini. 

             Saya hanya bisa tersenyum kagum dan pamit pulang. di dalam perjalanan, saya berfikir. mungkin benar, bersedekah itu tidak menunggu. karena memang hakikatnya, sedekah tidak membutuhkan kita, kita lah yang membutuhkan sedekah. bukankah begitu ? 

           Allah tidak akan menganjurkan sesuatu yang bersifat sepele. pasti ada pesan tersurat di setiap perintah yang ia berikan. ya.begitu pula dengan sedekah. Allah tau yang terbaik. 

‪#‎jangan‬ sepelekan hal sekecil apapun


*****


Berdasarkan pengalaman yang di ceritakan oleh ustadzah saya di sekolah.

Toh, mungkin cerita ini biasa saja, banyak yang mungkin pernah mengalami. tapi bagi saya pribadi, tidak. setiap cerita membawa hikmah untuk masing - masing orang.

dan cerita ini, sukses membawa hikmah untuk saya,bahwa siapa pun kita, pelajar atau dewas,miskin atau kaya, lapang atau sempit sedekah bukanlah pantangan. 


Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando's Giveaway : Spread The Good Story" 



7 komentar:

  1. Bener banget mba.. kita senantiasa diingatkan oleh kejadian keseharian dr terkadang org yg tak terduga.

    Makasi ya mba udah ikutan :)

    BalasHapus
  2. Setuju untuk tak tunggu waktu dalam berbagi, kebaikan-kebaikan kecil kan cuman dimata manusia, di mata Allah kan bisa saja segunung. :)

    BalasHapus
  3. semoga Allah karuniakan kebarokahan usia ibu itu ya mbak :) salam kenal

    BalasHapus
  4. http://www.monilando.com/2015/12/pengumuman-pemenang-monilandos-giveaway.html

    BalasHapus

late's fira's gram