Rabu, 10 April 2019

Kumpulan Lidi

Jadi malam ini saya baru selesai rapat tentang acara besar angkatan, judul besarnya "Sahabat Qur'an" jadi semacam karantina Tahfidz selama bulan Ramadhan full khusus angkatan kami yang berjumlah 2000-an orang.



Nah, sebenarnya rapat kali ini hanya di hadiri BPH dan tim acara sih, juga Iffan sebagai ketua angkatan. Kita berbicara banyak hal, di mulai dari metode menghafal sampai total anggaran yang akan di gugurkan. Eh, bukan saya ding, tapi mereka. Saya hanya diam, mendengar dan menjalankan tugas sebagai notulen saja.

Sejujurnya, saya agak tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Karena 85% dari tim berada di satu almamater yang sama, jadi mereka sebagian besar sudah mengenal dan enjoy satu sama lain. Sedang saya hanya manusia tanpa almamater yang mungkin tidak sengaja dipilih Lalu sebagai sekretaris acara. Alhasil, seperti peristiwa yang sudah-sudah, saya hanya memperhatikan mereka, satu persatu sambil meng-observasi sifat yang terlihat dari cara mereka berbicara. Kadang entah mengapa, lebih asyik memahami orang-orang baru meski belum hafal namanya.

Semakin lama, setiap orang bersuara, sedang saya tetap dalam mode diam. Entah suasana mesir yang malam itu sedang dingin-dinginnya atau rasa enggan karena mereka semua orang baru. Tapi sebuah kata -kata dari Lalu benar-benar menampar saya. (Btw Lalu adalah ketua acara dari 'Sahabat Qur'an')

Kata itu berbunyi : "Kita sekarang di hadapkan dengan sebuah lapangan dengan banyak sampah. Kemudian kita analogikan diri kita sebagai satu buah lidi. Apakah dengan satu buah lidi mampu membersihkan banyaknya sampah? Tentu tidak. Tapi bagaimana jika kita, satu tim bergabung untuk membersihkannya? Bukan hal yang mustahil bukan?"

Dari situ saya langsung, deg. Ini bukan sebuah kebetulan saya di pertemukan dengan sebuah tim hebat ini. Apalagi tema acara yang berupa upaya untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur'an. Allah sudah menyiapkan skenario terbaik untuk membiarkan saya tumbuh. Allah memberikan kesempatan untuk sibuk tanpa menjauh darinya.

Ah, betapa romantis Allah.

Dan dari sini saya belajar, satu orang manusia mungkin bisa menghasilkan sesuatu yang wow, tapi sebuah tim akan mewujudkan something big. Dan terima kasih untuk Lalu telah menjadi seorang leader yang mengispirasi.

Tugas kita masih banyak. Masih ada berpuluh rapat yang akan di datangi. Semoga di setiapnya saya bisa mengambil manfaat dan hikmah.

Keluhan pasti ada. Tapi bagaimana kita memandangnya dengan sudut pandang lain, bukan?



Kairo, 11 April 2019  00:16 CLT  |  @fira.syarifahs

1 komentar:

  1. Ya rob.. Tanpamu aku bagaikan debu yang entah tak tau akan menempel pada siapa.. Untungnya allah berbuat baik padaku sehingga mengizinkanku menempel pada kalian yang selalu ada dalam memberikan solusi dan inspirasi dari masalah kita bersama.. 😇

    BalasHapus

late's fira's gram