Selasa, 16 April 2019

Selamat Menguat.




Kadang pernah tidak sih berpikir bahwa kenapa ada seseorang yang hatinya bisa sekuat baja. Keberaniannya patut diancungi jempol, kontribusinya tidak usah ditanya lagi. Dia seperti tidak memiliki cela untuk baper, sedihnya tidak pernah terlukis, yang tampak hanyalah sebuah rona bahwa : dia manusia kuat.

Lalu kita berbalik, menatap diri kita yang di senggol sedikit saja sudah main hati, dibaikin sedikit saja sudah meleleh, tidak di perhatikan sebentar saja sudah nangis-nangis. Sebenarnya, siapa yang salah? Kita yang terlalu sensitif hatinya, atau mereka yang tidak acuh terhadap perasaannya?

Muslim yang kuat lebih di cintai oleh Allah daripada muslim yang lemah. Begitu statment yang tersebar. Hingga semakin membuat kita yang berhati lemah semakin mengkerdil. Apakah kita terlalu naif untuk diberikan perhatian? Apakah dunia ini hanya di peruntukkan bagi mereka yang berhati kuat?

Tapi, ingat lagi, kepada sebuah kisah, tentang betapa kelembutan hati seorang Ustman bin Affan mampu membuat setan malu kepadanya. Bahwa tanpa kelembutan hati, tidak akan pernah ada manusia-manusia yang menangis di setiap sepertiga malamnya. Berhati lemah dan lembut bukan suatu kelemahan, tapi ia adalah kekuatan. Kekuatan yang tidak terlihat.

Bukankah dengan hati yang sensitif kita lebih bisa memaknai al-qur'an? Seketika menangis takut saat mendengar ayat menggambarkan siksaan-nya dan seketika menangis menahan haru akibat nikmat-Nya yang tiada pernah habis.

Kamu tidak sendiri,
Tidak ada yang salah saat memiliki hati yang lembut.
Itu bukan sebuah dosa.
Kita hanya perlu lebih bersabar, untuk memaknai sebuah proses.
Sedikit demi sedikit, untuk menguat :)




Kairo, 16 April 2019 23:11 CLT | Fira Syarifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram