Wah, akhirnya saya comeback juga di blog yang kayaknya udah
jamuran ini. Haha, sebenarnya dari kapan hari udah niat nge – blog. Tapi adaaaa
aja alasann yang akhirnya bikin saya gak jadi posting. Charge lepi rusak, saya
malas, dan lain – lain lah.
Sekedar
cerita, kemarin malam kebetulan saya lagi googling dan gak sengaja menemukan
tumblr milik Sri Izzati. Tau kan dia ? ‘mantan’ penulis cilik itu lo, kenapa
mantan ? soalnya dia udah jadi mahasiswa sekarang, Mahasiswa Psikologi di
Universitas Indonesia. ( My dream -_- )
Saya
pertama baca postingannya itu yang judulnya “ Word to live by ..“ disana, dia
bercerita kalo dia dapet tugas dan tugas itu mengharuskannya mewawancarai
penulis favoritnya yang ternyata adalah ‘Dee’ Dewi Lestari. Akhirnya, mbak
Izzati mengirimkan e-mail pada Mbak Dee. Tapi, bukannya menjawab atas
pertanyaan mbak Izzati, mbak Dee hanya menyarankan untuk membuka blog ini
yang berisi tentang kumpulan interview milik Mbak Dee.
Dan
pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan yang ‘ngena’ di hati saya dan membuat
saya tambah termotivasi untuk menjadi menjadi seorang penulis.
Menurut Mbak Dee, apakah modal utama yang
harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi penulis?
Keberanian
untuk memulai, keberanian untuk gagal, dan keberanian untuk sukses. Banyak yang
ingin menulis tapi karena terjebak dalam konsep-konsep tentang kepenulisan
akhirnya malah nggak mulai-mulai. Menurut saya, yang penting adalah mulai dulu.
Dan di tengah jalan, dia harus berani menghadapi kegagalan. Kalau karyanya
tidak selesai , karyanya ditolak, ia tidak lantas berhenti. Ia malah harus
semakin tertantang dan belajar memperbaiki tulisannya. Dan terakhir, jika
sukses, ia juga kuat menghadapi tantangan dan tekanan yang diterima oleh
pembaca dan lingkungannya. Karena kesuksesan bukannya tanpa tantangan, kita
malah harus lebih lihai dan hati-hati menghadapinya.
Selain
itu, keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar bisa
menghasilkan karya yang bagus?
Membaca.
Anggaplah menulis dan membaca itu seperti kegiatan bernapas, yang keduanya
harus ada untuk saling menghidupi. Saat menulis kita mengembuskan napas,
menyalurkan inspirasi dan ide dalam benak kita. Saat membaca, kita menarik napas,
mengumpulkan informasi, memperkaya diri, untuk menjadi bekal saat kita menulis
nanti.
Dan tentang
pic di atas, entah. Saya kok suka banget sama quotesnya. Jadi, saya pajang,
hitung – hitung buat motivasi diri kalo semangat nulis kendor :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar