Malam tadi, sehabis sholawatan saya bercerita dengan teman dekat saya. Saya mengawali cerita saya dengan satu kalimat saja, "ref, kenapa ya, manusia itu mudah sekali berubah" teman saya yang mendengar itu hanya tertawa, "jadi ini yang kamu bilang penting?"
Saya mengangguk "iyalah"
Dia terdiam sebentar, sambil menatap depan "soalnya Allah maha membolak-balikkan hati"
Kali ini saya yang diam "tapi kan manusia punya kuasa buat mengatur perasaannya, ref"
"Tapi Allah yang punya kuasa penuh, makanya kita berdoa kan 'ya muqollibal qulub stabbit qulubuna ala dinnik' ya kan?"
"berarti.." saya berpikir sejenak "kamu bisa benci aku dong suatu saat nanti?"
Dia menggangguk mantap, "ya.. Bisa jadi"
Saya menggagguk paham, kemudian perbincangan kita berlanjut, tentang apa saja, dia tertawa saya juga tertawa, tapi entah pemikiran saya tidak disana bersama dia, pemikiran saya hanya berputar-putar di area depan tadi. Saya jadi bertambah paham, mengapa kita tidak boleh mengharap kepada manusia, mengapa Ali bin Abu Thalib sampai berkata bahwa kepedihan dunia yang menyakitkan adalah berharap pada manusia, karena memang manusia tidak bisa apa-apa. Serba terbatas.
Ustd Hanan Attaki juga pernah berkata dalam salah satu ceramahnya, bahwa jangan pernah berharap kepada manusia, sebaik apapun mereka, se sholeh apapun mereka, sebaik apapun akhlaqnya, setinggi apapun ilmunya, bukan karena apa-apa, tapi mereka adalah manusia, bisa saja mereka ingin memenuhi harapmu, tapi mereka terbatas. Bukan karna tak mau, tapi karna tak mampu. Benar-benar tak sanggup. Karena itulah, kembali kepada Allah. Yang maha kaya.
Dan saya merasa bahwa pengaruh mood manusia adalah berharap tadi. Maka kita seharusnya tau bagaimana meletakkan pengharapan, dalam masalah apapun, akal maupun hati. Karena bukan tidak mungkin hidup kita akan berantakan hanya karna 'berharap' tadi. Karena memang banyak sekali kejadian-kejadian yang di dunia nyata yang memperlihatkan bagaimana hancurnya manusia karena perasaan kecewa karna pengaharapannya tak di penuhi tadi.
Jadi, intinya ya satu. Kembali ke Allah, berharap ke Allah. Tentang segala hal, mengenai apapun.
"Jadi, kamu harus kuat ya, fir"
Aku menoleh, menatap temanku yang baik itu, "iyalah, perempuan harus strong"
"doa yang banyak, apalagi kamu perempuan, calon ibu, doanya dahsyat, di istijabah in syaa allah"
Aku tertawa, mengamini dalam hati, "iya ref, makasih ya"
Dia mengangguk, "siap. Dan ingat ya, jangan deketin yang punya hati, tapi deketin sang pemilik hati"
Aku tersenyum, mengiyakan, dan pamit, undur diri. Dalam hati bertekad akan kembali dengan hati yang baru besok pagi setelah tidur. :)
Bojonegoro, 29 maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar