“Entah mengapa aku merasa lelah,
Sendirian di kamar sambil memeluk
bantal
Aku Meraih ponselku, entah mengapa hari
ini
hatiku merasa kesepian”
Setelah
banyak sekali hal yang aku lakukan seharian ini, entah mengapa aku terdiam di
sudut kamar. Aku mencoba meraih ponselku, sepi. Bahkan tak ada -barang
sedikitpun- pesan atau telepon yang masuk. Hhh ~ aku menghela nafas panjang,
sepertinya bukan hanya ponselku saja yang sepi, tapi hatiku juga.
Kedua bola
mataku terus saja memandang layar ponsel. Berharap ada satu atau dua orang yang
menelpon atau berkirim pesan. Walau hanya untuk hal yang sepele sekalipun,
pasti tak akan aku sepelekan.
“Tiba-tiba aku dikejutkan dengan
dering ponselku
Ibu dengan khawatir menanyakan
apakah aku sudah makan
Kalimat yang biasanya menyebalkan
itu hari ini terasa berbeda
Aku pun teringat kembali pada
janji-janjiku yang terlupa”
Suara
deringan ponsel mengagetkaku. Kulihat siapa yang melepon, Ibuku, atau yang
biasa aku panggil dengan sebutan, Ummi. Dengan sedikit malas aku mengangkatnya.
“Hallo, Mi ?”
“Halo, Mbak.
Assalamu’alaikum. Bagaimana kabarmu ? baik ?” tanya Ummiku lembut dari ujung
telepon.
“Iya, Mi.
Alhamdullillah”
“Sudah
makan, mbak ? pake apa ?”
Aku terdiam,
entah mengapa, mataku berkaca – kaca mendengar pertanyaan Ummi. Itu hanya
sebuah pertanyaan yang biasa Ummi tanyakan padaku. Tapi mengapa kali ini terasa
berbeda ? tiba – tiba saja aku ingin menangis.
“hiks ..
hiks”
“kenapa mbak
? kok malah nangis ? mbak ada masalah ? coba cerita sama Ummi.”
Bukan malah
mereda, tangisanku malah semakin menjadi – jadi. Ya Allah, kemana saja aku
selama ini, aku mempunyai seorang malaikat tanpa sayap, namun aku malah menyia –
nyiakannya.
Teringat kembali
janji – janjiku yang masih belum bisa aku tepati. “mbak akan menjadi seorang
penulis, mi” “Mbak akan jadi anak yang paling berbakti” “mbak akan jadi
hafidzoh” blaa … blaaa .. Mulianya ummiku, beliau bahkan tak pernah
menagih, dan itu membuatku sangat malu saat ini. Malu.
“Aku akan menjadi seseorang yang
memiliki hati yang mulia
Menjadi seseorang yang tidak
egois
Aku akan menjaga harapan-harapan
dari cintamu, ibu
Aku teringat ibu yang menjadi
tempatku berbagi mimpi, ibu yang dulu menyisir rambutku”
“Ummi gak
minta apa – apa. Cukup kamu jadi anak sholehah. Itu sudah cukup jadi bekal ummi
di akhirat, nanti”
Air mataku
lagi – lagi mengalir deras. “mbak janji gak bakalan egois lagi, mi. gak bakalan
marah – marah lagi. Mbak kangen Ummi. Ummi udah jarang nyisirin rambut mbak
lagi” ucapku disela tangis.
“Kan sudah
besar, harus bisa mandiri, mbak”
“Tapi mbak
kangen. Mi.”
“Iya, iya.”
“Walaupun aku telah membuat pilihan yang salah
dan menyakitkan
Kau diam-diam mengawasiku dari
belakang
Walaupun aku masih muda dan tak tau
apa-apa, kurasa sekarang aku mengerti
Arti di balik doa-doa yang kau
panjatkan dalam sepimu”
“Ummi jangan berhenti doakan
mbak ya, biar nanti jadi orang sukses.”
Ummiku
tertawa perlahan, “Ibu mana mbak, yang akan berhenti doakan anaknya ? semua Ibu
pasti selalu mendoakan anak mereka,biar sukses. Dunia akhirat”
“Mi,
maaf ya, kalo selama ini mbak sering buat salah. Bikin ummi marah” lagi – lagi krystal
yang sepenuhnya aku hapus dari kedua mataku, kini mengalir kembali.
“Iya,
wajar mbak kalo mbak salah. Namanya juga manusia, asal gak diulangi lagi. Itu udah
cukup bikin ummi seneng”
“Apa yang harus kulakukan? Aku
belum memiliki hati yang besar
Dapatkah aku baik-baik saja tanpa
menggandeng tanganmu, ibu?
Aku lelah karena kekuranganku masih
terlalu banyak”
“Kasih sayang tak bersyarat yang
telah kau berikan padaku
Aku berjanji, akan memiliki hati
yang sehangat hatimu”
“Yasudah
ummi tutup. Jangan nakal ya, ingat. Allah selalu melihat.”
“Iyya, mi”
“Assalamu’alaikum.”
“eh, Mi …”
“Ada lagi yang mau diomongin mbak ?”
Aku tersenyum, “enggak deh mi,
wassalamu’alaikum”
Klik! Telepon ditutup. Aku menghela
nafas.
“Aku malu dan tak dapat
mengungkapkan
Ibu aku sangat mencintaimu”
Eomma, Jeongmal Sarangheo..
Ummi, Aku sangat mencintaimu.
Probolinggo, 05 Mei 2015
Rara Syarifah
"Malam ini, bisakah Ummi datang dalam mimpiku ? mbak merindukanmu"
Bagus nih tulisannnya. Setelah baca jadi ingat kalau sebagai anak aku sering buat Ibu sebal dan marah. Padahal dalam diamnya seorang Ibu pasti selalu mendoakan anak nya. Ibu adalah sosok seorang malaikat :)
BalasHapusOh ya salam kenal. Moga bisa saling berkunjung ya.
www.cerpen-case.blogspot.com
Iya, terima kasih. iya, bener - bener :) ibu itu sosok seorang malaikat.
Hapussalam kenal juga, iya :))