“berapa kebaikanmu ? bandingkan dengan keburukanmu. Berapa hartamu ?
bandingkan dengan berapa yang sudah kamu sedekahkan. Hitung ! lalu bandingkan. Sebelum
Allah yang membandingkannya di Yaumul Mizan”
Ah, lagi – lagi aku termenung membaca kalimat tersebut di
sebuah buku karya Ahmad Rifa’I Rifan. Sangat
nyelekit. Berapa kebaikanku Allah ? berapa ? berapa banyak harta yang telah aku
shodaqohkan Allah ? berapa ? pantaskah semua yang aku lakukan untuk mendapatkan
surgaMu Allah ?
Padahal jika kita mau membaca atau setidaknya melirik kisah
di masa lalu, rasanya kita ‘sangat tak tau malu’. Betapa hebatnya para sahabat
melakukan hal – hal yang diluar nalar. Mereka begitu kuatnya menyongsong
musibah. Seakan akan itu hanyalah kerikil – kerikil kecil yang tak berpengaruh
dalam kehidupan mereka.
Sedang kita ? lagi – lagi membandingkan. Iya, jelas. Karena suatu
pembandingan itu penting. Apalagi jika menyangkut pautkan iman, keimanan
seseorang dengan diri kita sendiri.
Masih ingat dengan kisah diharamkannya khamr dan datangnya
hukum tentang kewajiban jilbab ? betapa para sahabat sangat bersegera. Sedang kita
? ah- nanti dulu. Ah-nanti juga bisa. Dan ah- ah- lainnya.
Siapa yang menjamin kita akan hidup sampai nanti ? siapa yang
menjamin ? #ThinkAgain!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar