Kamis, 22 Oktober 2020

Apa saja hal yang perlu dibawa ketika berkuliah di Mesir? | Story #4



1. Niat 

Serius. Itulah mengapa dalam kitab hadist arba’in nawawi hadist tentang niat disebutkan pertama. Karena tanpa niat, ya buyar semua.

Jangan kuliah ke Mesir karena ikut-ikutan, jangan kuliah di Mesir karena feeds ig, jangan kuliah di Mesir hanya karena ‘luar negri’, nyatanya, perjuangan disini lebih berat. 

Siapa sangka kalau kuliah di Al-Azhar itu harus melewati ijroat yang mekanismenya, aduhai sekali. Datang ketika sebelum subuh, mana musim dingin. Belum lagi kalau sudah antri berjam-jam, eh kena bukroh. Sakit hati-nya itu loh. 

Tahlil dam pun tak kalah mantap, harus datang berkali-kali. Jarang sekali urusan yang selesai dalam sekali urus. Begitu juga tahlil virus, harus berdesak-desakkan selama satu jam (jika beruntung) bahkan saat saya melakukan tahlil virus, kaca kantor samapi pecah saking bar-bar nya. 

Hahaha. Bukan menakuti, tapi itulah guna-nya niat. Kalau niat belajar, semua yang saya tulis diatas itu bukan masalah. Malah menambah keyakinan, bahwa tidak ada hal yang instant, semua butuh proses dan kerja keras. Kalau sudah niat, pasti mencari jalan. Kalau sudah niat, tidak peduli apa yang menghalangi di depan, ya hajar saja. Begitu kan?

Niat itu pondasi, niat itu mengerti tujuan. Makanya, jika saya ditanya, apa yang harus dipersiapkan saat ingin berkuliah di Mesir? Ya nomor satu saya akan jawab dengan “niat”. Niat tulus untuk mencari ilmu, untuk meraih ridho Allah. 


2. Obat-Obatan.

Hal yang perlu diketahui bagi mahasiswa baru yang akan ke Mesir adalah, dosis obat di Mesir tidak sama dengan obat di Indonesia. Jadi untuk berjaga, lebih baik mengepak obat-obat yang sekiranya sering dipakai di Indonesia untuk dibawa ke Mesir. Apalagi kalau sudah mempunyai obat sendiri atau resep dari dokter, mending langsung beli di Indonesia. Khawatir di Mesir obat-obat itu tidak tersedia. 

Pernah saat baru datang, saya alergi dingin, kemudian periksa dan diberi resep salep. Tau tidak berapa soydaliyah (apotik) yang saya singgahi? Lebih dari lima! Dan semuanya tidak menjual. Hingga di apotik terakhir salep tersebut tersedia. Saya akhirnya belajar dan punya kotak ungu khusus obat-obatan di flat sekarang. 

Oiya, jangan lupakan minyak. Minyak tawon, minyak telon dan minyak kayu putih. Juga cream panas untuk pegal-pegal. Karena di Mesir tidak menjual hal semacam itu.  Sekedar cerita, saat saya pertama kali ke Mesir, ketika saya menawarkan hal yang ingin dibawa dari tanah air, teman dan adek kelas saya kompak menitip minyak telon. Katanya, untuk persediaan di Musim dingin. 

Sudah tau se-urgent apa kan? Apalagi bagi kita-kita yang sakit sedikit selalu mengandalkan minyak kayu putih.


3. Foto cetak.

Jangan tertawa. Haha. 

Bukannya tidak ada, tapi mencetak foto di Mesir itu agak mahal untuk kantong mahasiswa. Soalnya teman saya pernah cetak foto dan satu foto dihargai 5le. Itu agak mahal menurut saya. Belum lagi untuk mahasiswa baru, repot rasanya jika direpotkan hanya untuk urusan foto, padahal urusan ijroat saja sudah menyiksa hahhaa.

Di Mesir sendiri, untuk mendaftar ulang kuliah, mendaftar dauroh dan memperbarui visa harus memerlukan minimal satu cetak berukuran 3x4 atau 4x6. Oleh karena itu, setiap saya balik ke Mesir, saya selalu membawa cetak foto minimal 30lembar. Untuk jaga-jaga saja ketika ada urusan administrasi, tapi alasan sesungguhnya ya… biar hemat. Wkwkwk.


4. Bumbu-bumbu (Instant)

Oh tentu hal ini bersifat personal. Bagi yang lebih menyukai masakan timur tengah dari pada makasan Indonesia, tidak masalah untuk tidak membawa. Tapi jika suka rindu, lebih baik bawa deh. Karena gule, rawon, opor, soto dsb tidak diperjual belikan di Mesir. Bahkan di mat’am (resto) indo saja juga jarang. Solusinya yang membuat sendiri dengan bumbu-bumbu yang dibawa dari Indonesia. 

Apakah di Mesir tidak ada yang menjual? Ada. Tentu ada. Tapi mahal tentu saja. Bisa jadi harganya 2x lipat.


5. Al-Qur’an Terjemah.



Done~

Kurang lebih itu saja sih, hal yang menurut saya urgent. Hal yang lain masih bisa dibeli di Mesir. Meski tidak se-enak di Inonesia, tapi karena kita tidak tinggal 2-3 bulan saja di Mesir, kita tentu perlu adaptasi dengan hal-hal yang di Mesir, kan? 

Lalu mungkin,ada pertanyaan, “kan di Mesir mau belajar, tapi kok nggak bawa kitab sih?” hehe, di Mesir itu ada puluhan maktabah, kita bisa cari kitab apa saja dengan harga yang lebih miring dari pada di Indonesia. Sekalian biar bisa jalan-jalan, menyusuri manaratul ‘ilm ini.

Selamat datang di Mesir~!




1 komentar:

late's fira's gram