Minggu, 17 Mei 2020

Lockdown di Mesir | Story #2






Terhitung sudah dua bulan Mesir memberlakukan lockdown dan social distansing. Bandara ditutup, jam malam diberlakukan, kuliah dan seluruh lembaga pendidikan diliburkan. Bahkan Al-Azhar memutuskan untuk mentiadakan ujian termin dua dan menggantinya dengan bahst (makalah berbahasa arab) untuk setiap maddah. Alhasil, bisa ditebak, semua kelabakan dan tidak siap dengan perubahan keadaan yang mendadak ini. 


Bahkan Darul Lughoh sendiri saat mengadakan ujian niha’i sangat tidak terkontrol. Ujian dilaksanakan tengah malam, tanggal ujian yang tidak jelas dan selalu di undur bahkan ada teman adik kelas saya yang belum ujian karena ujian dilaksanakan tengah malam dan dia ketiduran. Membuktikan bahwa suatu perubahan itu tidak mudah dan memang butuh waktu untuk adaptasi.

Dan Mesir, Alhamdulillah, cukup bagus dalam peng-aplikasian penangan virus covid-19 ini. Meskipun masih ada beberapa orang yang tidak memakai masker ketika keluar tapi jam malam benar-benar dipatuhi disini. 

Saya pernah bertiga dengan Farras dan Yeni waktu itu, akan pulang ke Asyir dari Asyir jam tujuh lebih lima . Niatnya mau naik taksi karena udah yakin nggak bakal ada tramco. Uber pun sudah tidak menerima permintaan. Ini cuma lebih lima menit dari jam malam, tapi jalanan udah sepi bangeeeet. Tidak ada toko yang buka kecuali Apotik. Akhirnya kita tetap berdiri di tengah jalan, tapi beneran nggak ada yang lewat dong. Kemudian dari ujung jalan ada mobil polisi patroli. Tanpa babibu kita langsung kabur, lari-larian ke rumah Mila lagi, nggak jadi pulang. Nginep aja. Dari pada di penjara setahun dan denda 4000le (4Juta Rupiah) ya kan. Wkkw tapi beneran deg-deg an banget. Kapok keluar malam.

Perubahan yang terjadi juga banyak dirasakan oleh para masisir. Kebanyakan bisnis terhenti karena tidak ada penjualan bagasi. Jadwal pulang saat liburan harus diundur. Tidak ada lagi bimbel dan tidak ada tallaqi. Sedihnya, pada saat Ramadahan biasanya Mesir luar biasa ramai. Setiap sudut Darosah, Asyir dan Sabi’ dipenuhi dengan Maidaturrahman. Karena musim panas, maka waktu malam lebih hidup daripada saat pagi hari, ditambah pula dengan syahdunya tarawih. 

Sekarang, pemerintah mesir menutup masjid dan tidak ada tarawih untuk menghindari penyebaran virus corona juga melarang perkumpulan-perkumpulan bahkan untuk menuntut ilmu. Jadi, kita harus cukup puas untuk beribadah dari rumah.

Sedangkan, perbedaan yang terlihat jelas dalam kehidupan saya sendiri adalah waktu tidur dan waktu belajar. Ramadhan tahun kemarin, saya pasti selalu tidur jam sepuluh malam. Tidak lebih dan tidak kurang. (fyi, puasa di Mesir sekitar 16 jam) jadi bisa menyambut sahur dan pagi hari dengan fresh. Lalu dilanjut dengan DL karena saat itu masuk kelas mukasyaf yang pas puasa kudu masuk. Sore dan malam juga kadang diisi dengan rapat dan bukber bersama, jarang sekali di rumah. Tapi, tahun ini karena full di rumah, siklus tidur jadi awut-awutan. Malam nggak tidur sampai sahur lalu habis subuh langsung tidur sampai duhur. 

Ya Allah berasa puasa setengah hari ini mah. Bahkan ketika saya mencoba tidur, saya tidak benar-benar tertidur sampai waktu menunjukkan pukul dua, sejam kemudian bangun lagi untuk sahur. Benar-benar seperti zombie. Raga jalan terus tapi hati dan otak masih loading.

Begitupula dengan belajar. Kini kudu beneran memutar otak, bagaimana cara bisa memahami tujuh muqorror yang full bahasa arab tanpa bimbel. Ilmu Aswat misalnya, waah saya baru tau kalau waktu kuliah di Jember saya juga belajar materi ini, kalau di Indonesia disebut fonologi dan matkul ini bikin saya pusing banget. Saya bahkan dapat B waktu itu. Nah ini, bayangin aja pake Bahasa Arab. Wkkwkw juga Nushus Adabiy yang isi-nya Masya Allah sekali. Barakallah semua lah untuk maddah lughoh.

Ini ceritanya cuma mau sharing, biar nggak lupa kalau Al-Azhar pernah meniadakan kuliah dan mengganti ujian termin dengan pembuatan bahst, juga biar nggak lupa kalau dunia juga pernah tidak baik-baik saja. Literally bener-bener seluruh dunia. Nggak cuma Indonesia aja. Jadi ayo bareng-bareng saling bahu membahu untuk tidak menularkan virus ini dengan tetap di rumah.

Sedih banget waktu liat bandara seotta malah rame banget kek nggak ada coronaaa ya ampun. Padahal banyak juga yang rela nggak mudik, nggak pulang ke rumah, stay at home sampe kayak zombie biar apa? Biar tidak menambah penyebaran covid. Lah itu manusia di bandara kalau pulang bukan karena sesuatu yang urgent egois banget. Menghianati perjuangan para dokter dan petugas medis yang rela-relain membunuh waktunya dengan memakai APD (yang kadang se-adanya) dan melayani para pasien.

Akhirul kalam nih, mari berdoa semoga Allah berkenan mengangkat virus covid-19 ini, dan semoga manusia sadar bahwa kita hanya sebutir pasir, tidak lebih.




Kairo, 17 Mei 2020



1 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^

    Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
    minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
    - Telkomsel
    - GOPAY
    - Link AJA
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)

    BalasHapus

late's fira's gram