Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Opini-nya Fira : Kamu bisa benci aku suatu hari nanti

Malam tadi, sehabis sholawatan saya bercerita dengan teman dekat saya. Saya mengawali cerita saya dengan satu kalimat saja, "ref, kenapa ya, manusia itu mudah sekali berubah" teman saya yang mendengar itu hanya tertawa, "jadi ini yang kamu bilang penting?" Saya mengangguk "iyalah" Dia terdiam sebentar, sambil menatap depan "soalnya Allah maha membolak-balikkan hati" Kali ini saya yang diam "tapi kan manusia punya kuasa buat mengatur perasaannya, ref" "Tapi Allah yang punya kuasa penuh, makanya kita berdoa kan 'ya muqollibal qulub stabbit qulubuna ala dinnik' ya kan?" "berarti.." saya berpikir sejenak "kamu bisa benci aku dong suatu saat nanti?" Dia menggangguk mantap, "ya.. Bisa jadi" Saya menggagguk paham, kemudian perbincangan kita berlanjut, tentang apa saja, dia tertawa saya juga tertawa, tapi entah pemikiran saya tidak disana bersama dia, pemikiran saya hanya berputar-putar di ...

Opini-nya Fira : Tentang Menikah

Dulu saya adalah penganut aliran kebaperan yang haqiqi, misalnya ketika ada teman yang akan menikah, atau teman yang sudah punya gandengan, saya pasti gelisah sendiri. "Ih, dia enak ya, kemana mana ada yang nganterin" "hapeku sepi, coba aja kalo udah punya pasangan, pasti ada yang bawelin, ada yang perhatian" dan bla bla sejenis. Tapi, semakin berjalannya waktu, semakin banyak nya manusia-manusia yang saya temui, semakin banyak pula ide-ide cemerlang yang perlahan mengubah titik pemahaman saya mengenai hal tersebut. Cinta itu bukan sesederhana aku cinta kamu, kamu cinta aku, yaudah ayo bareng. No. Gak semudah itu, nak. Banyak yang harus di persatukan. Visi, misi, serta sudut pandang yang senada setidaknya menjadi syarat untuk melangkah ke depan. Dan untuk menyatukan hal tersebut pastilah membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Belum lagi mengenai ilmu yang masih dangkal ini, semakin saya belajar, semakin saya sadar, bahwa saya belumlah apa-apa, belum pro. Bagaimana...

Hari yang melelahkan

Saat ini aku berjalan sendirian, bagaimana mengatakannya ya, ini perjalanan yang panjang dan aku merasa lelah dan takut. Malam kembali datang dan semuanya gelap. Aku merasa ambigu. Rasa takutnya belum hilang, sedang aku tidak bisa mundur bahkan selangkah saja. Terseok-seok tak beraturan. Aku menoleh, menatap semua orang yang aku sayangi, yang berada tepat di belakangku. Abi, Almarhumah Ummi, Adik-Adik, Eyang dan seluruh keluargaku yang tersenyum memandangku. Mereka melambaikan tangan. Membiarkanku 'pergi', aku pias, aku berjalan lagi, pelan-pelan. Detik-detik berlalu, semakin banyak hal berlalu, semakin banyak keadaan yang dialami. Aku semakin dewasa, namun, mengapa definisi dewasa yang bercecer di aliran sungai kehidupanku adalah semakin susah bahagia? Seakan-seakan, semua kecemasan bermuara menjadi satu kesatuan. Sulit sekali memgukir senyum. Sulit sekali mensejajarkan posisi. Perjalanan ini panjang sekali, dan aku terduduk hampir menyerah. Angin berhembus menerpa waja...

Sebuah Kisah di Mumtaza Center, Bojonegoro

Minggu pagi, 11 maret 2018. Hujan dari pagi mengguyur kota bojonegoro, sejak tahajjud tak berhenti-henti. Hari itu, kami memiliki sebuah acar yang lumayan besar, yakni “Bakti Sosial dan Santunan anak yatim” sekitar 60 anak yatim di undang di dalam acara ini. sejak sehabis subuh, kami sudah bersiap, bau embun yang semerbak entah mengapa membuat pagi itu terasa lebih menyejukkan dari pagi-pagi yang lain.