Hari
Pertama
Sebenarnya,
di sekolah kita ada suatu tradisi. Jadi setiap ada angkatan yang mau Ujian
Nasional, akan diadakan mabit. Ya, memang sebenarnya bukan tradisi yang baru –
baru amat dan unik – unik amat sih, mungkin sebagian sekolah juga banyak yang
melakukan program ini. Tapi, (lagi) karena kita sekolah di sekolah ber-asrama
rasanya senenneeenggg banget ketika udah tau tanggal pastinya mabit akan
dilaksanakan. Maklum, karena anak asrama jadi jarang keluar. Keluar seminggu
sekali, itupun gak mungkin bareng – bareng satu kelas kan?
Kamis,
18 Februari 2016. Setelah pusing (dalam artian sesungguhnya) mengerjakan Tryout Bahasa Inggris dan Fisika yang
soalnya langsung dari Kabupaten, kita langsung siap – siap “Go To Bromo” Ya. tempat
mabit dilaksanakan adalah .. BROMO ! Kita bakalan mabit di daerah deket Gunung
Bromo. Mungkin sekitar dua puluh menitan perjalan naik mobil dari homestay (tempat nginep kita) ke Gunung Bromonya.
Sebelum
berangkat, kita dapet tugas dulu. Yaitu bungkusin barang – barang untuk anak –
anak disana. Semacam bingkisan gitu. Oleh – oleh.
Sesampainya
disana sekitar jam empat lebih. Kita langsung naruh barang – barang di kamar.
Sambil melepas penat, kita duduk di depan televisi. Kita enggak boleh lihat
macam – macam. Cuma tvone sama metrotv. Karena jarang nonton televisi, kita gak
ambil pusing sama aturan itu. Toh, kita juga gak terlalu excited lihat yang
lainnya. Tayangan televisi sekarang banyak yang tidak bermutu bagi generasi
muda seperti kami.
Tiba
– tiba ustad Arif ngetuk pintu. Beliau tanya, apa ada yang mau ikut pengajian
di rumah warga. Sebagian besar dari kita jawab iya. Bersiap – siaplah kita.
Tapi, karena katanya rumah warga yang dibuat pengajian tidak cukup untuk
menampung anak akhwat yang jumlahnya tujuh belas, akhirnya dipilihlah acak diantara kita. Hanya
tiga orang, Erna, Fifi dan Ilma. Juga ustadzah Nihayah dan anaknya yang unyuu,
Adel.
(di depan homestay-)
Sedangkan
yang lain memilih untuk berjalan – jalan. Langit senja terlihat bagus dan saat
yang pas untuk menambah koleksi foto kita. Subhanallah,
mungkin itu adalah kata yang tepat untuk melambangkan pemandangan yang kita
lihat. Buaguuss.. indahhhh sekali. Kami berlari – larian menyusuri jalan
setapak yang panjang dan memang sepi. Setelah agak jauh melangkah, kami bertemu
ibu – ibu yang membawa kayu bakar di punggungnya. Kami tersenyum menyapa, ibu
itu bertanya “Mau jalan – jalan ya, nduk”
kami mejawab “iya bu” sambil mengangguk.
Ah,
seorang ibu memang berani berkorban demi anak – anak nya. Aku tidak tau berapa
berat pastinya. Namun, kayu – kayu itu jelaslah sangat berat (bagi diriku).
Semoga Allah senantiasa memberi kebaikan dalam setiap langkah ibu tersebut. Amin.
Karena
hari mulai mendekati maghrib, dan ada sebagian anak yang berpuasa akhirnya kita
memilih untuk pulang dan membeli ta’jil. Adzan maghrib berkumandang, kita
sholat berjamaah dilanjutkan dengan makan. Kita makan bareng – bareng. Kertas
nasi di tata dengan begitu apiknya, dannnn makaannn. haha. Memang sempit –
sempitan, tapi kapan lagi kenangan seperti ini akan terulang ? sekitar dua
bulan lagi kita akan lulus, jadi sebisa mungkin kita memilih membuat kenangan
unik nan berkesan disetiap detiknya.
Setelah
makan, kita langsung sholat isya berjamaah lalu dilanjutkan dengan sharing
bersama ustadzah Nihayah. Judul besarnya, bagaimana melanjutkan dakwah kita
jika di dunia perkuliahan nantinya. Awalnya kita ditanya mau kemana setelah
lulus nanti. Ya, jawabannya beragam. Ada yang mau kuliah, kursus, belajar ke
luar negri dan nikah. Tapi sebagian besar jawabnya melanjutkah kuliah.
Aku juga sempat ditanya. “Fira katanya mau lanjut ke Jogja ya ?” aku tersenyum
dan menjawab, “Gak jadi ustadzah, mungkin di Jember. hehe”
Dalam
dunia perkuliahan nanti, (kata Ustadzah Nihayah) bakal ada banyak tipe – tipe
orang, dan kita harus dituntut kreatif dalam menjabarkan kebaikan kepada
mereka.
Tak
terasa, malam semakin larut. Sebagian dari kami mulai mengantuk, bahkan sudah
ada yang berselimut tebal dan tiduran di kasur. Maklum, udara Bromo memang
sangat, sangat dingin. Membuat kami semakin nyaman berada di atas kasur empuk.
Tapi, karena ada agenda yang sangat menyenangkan, kami tidak jadi tidur. Agenda
itu adalah membakar jagung !
Rumah,
22 Feb. 16 | ©Rara Syarifah
Lanjut
Ke Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar