Rabu, 03 Agustus 2016

*Berbeda


Boleh jadi, kita berbeda sekali memahami hidup ini dengan orang2 terdahulu yg bahagia hidupnya.

1. Kita selalu menerjemahkan kesuksesan dengan ukuran fisik. Mereka tidak.

Apa itu kesuksesan? Apakah itu benda berwujud kekayaan? Harta berlimpah. Atau berbentuk ketenaran? Semua orang tahu, dan mengenal? Orang2 terdahulu yg bahagia hidupnya, mereka menerjemahkannya sangat sederhana: kebermanfaatan. Saat hidupnya bermanfaat banyak bagi orang lain, maka sukseslah hidupnya.



2. Kita selalu berpikir kekuasaan adalah cara mengubah dunia. Mereka tidak.

Berapa banyak diantara para pembual yg bilang: kekuasaan adalah cara mengubah dunia. Duh, dek, orang2 terdahulu justeru sebaliknya. Bagaimana mengubah dunia? Dengan inspirasi. Itulah yg mengubah dunia. Hari ini, kita berpikir sempit sekali, seolah jika jadi penguasa, bisa memerintah, bisa mengatur ini-itu, akan mengubah dunia? Sesungguhnya, kekuasaan, bahkan mengubah diri sendiri pun sering gagal. Tapi inspirasi, dia bahkan bisa mengubah seorang gadis usia 9 tahun besok lusa memenangkan hadiah nobel. Karena dia terinspirasi dari buku yg dia baca.

3. Kita berpikir jangka pendek. Mereka tidak.

Apa itu keabadian? Bisakah manusia ‘hidup’ hingga ribuan tahun? Bisa. Itulah yg dicapai oleh orang2 terdahulu. Nama mereka tetap mahsyur, harum hingga saat ini. Bagaimana melakukannya? Dituliskan, dijadikan buku, pengetahuan, pemahaman yg diwariskan. Orang2 akan lupa siapa yg pernah jadi Presiden atau Perdana Menteri tahun 50, 60, 70 bahkan 2010 di Inggris, Rusia. Tapi orang2 akan ingat (dalam agama Islam) nama2 seperti Imam Syafi’i, Al Ghazali, karena mereka adalah penulis buku2 mahsyur. Atau begini sajalah, orang2 menyaksikan film Lord of The Ring hari ini, karya besar Tolkien, tapi siapa yg akan ingat Raja Inggris saat Tolkien lahir 1892?

4. Kita menghabiskan waktu sia-sia. Mereka tidak.

Orang2 mahsyur dulu, bahkan saat mereka di penjara sekalipun, mereka tetap bisa menulis, menyuarakan kebenaran, membekukan waktu, mewariskan pengetahuan. Buya Hamka misalnya, penjara justru membuatnya melahirkan karya tafsir al Azhar. Hari ini, kita justeru sebaliknya, kita dipenjara oleh diri sendiri, menghabiskan waktu sia-sia.

5. Kita sibuk mengurus orang lain. Mereka tidak.

Orang2 dulu fokus mengurus dirinya sendiri. Mereka tidak pusing dengan urusan orang lain. Seorang penemu misalnya, dia fokus dengan penemuannya, bukan urusan dia pekerjaan orang lain. Kompetisi? Wah, ini yg keliru sekali dipahami oleh kita. Mereka berkompetisi dengan diri sendiri, menaklukkan kemalasan, rekor, milik diri sendiri. Sementara kita sibuk membanding2kan dgn orang lain, hingga lupa, kita sebenarnya tidak kemana2.

6. Kita mendewa-dewakan “nilai”. Mereka tidak.

Kalian kenal Thomas Alva Edison. Kebangetan kalau nggak. Dia adalah pemilik 1093 paten di dunia. Kepala sekolahnya menganggap anak ini bodoh. Tidak sepakat dgn sekolahnya, Ibunya membawa pulang anaknya, dididik langsung, mengenalkannya dgn ribuan buku2 yg menakjubkan. Saat itulah Thomas kecil menemukan esensi belajar sejati, dia mencintai pengetahuan. Hari ini, kita sibuk mendewa2kan nilai di sekolah, selembar ijasah, seolah itu penting banget. Ada orang yg yakin sekali UN penting, dia lupa, UN sudah jadi sarang ketidakjujuran. Lantas so what? Nilai hanyalah nilai. Situ punya nilai 100 selama SD, SMP dan SMA, lantas jadi sesuatu? Dunia bisa selamat? Tidak. Orang2 terdahulu tidak mendewakan angka di atas kertas.

7. Mereka bersahaja dan berbahagia. Kita tidak.

Terakhir, ijinkan saya mengenang orang2 tua kita. Mereka bukan penemu hebat, bukan penulis mahsyur, bukan siapa-siapa. Tapi kenanglah saat kehidupan masih permai di desa-desa, akrab di kota2, tahun 70-an, 80-an, atau 90-an. Bukankah mereka dulu hidup bersahaja tapi berbahagia? Saya yakin, masih banyak generasi hari ini yg tersambung atas kenangan tersebut. Televisi dulu cuma TVRI, radio pun hanya RRI, kemana2 tidak mudah, jam 8 atau 9 sudah beranjak tidur, tapi rasa2nya, bukankah kebencian lebih sedikit? Marah2, stres, bertengkar lebih jarang? Mereka memiliki kehidupan lebih berbahagia. Berkumpul empat orang, keempat2nya tertawa bahak akrab. Hari ini, berkumpul empat orang, keempat2nya asyik sendiri dengan HP miliknya.
Demikianlah. Kita sepertinya berbeda sekali dengan orang2 terdahulu yang hidupnya bahagia. Entah apa yang hilang di sekitar kita hari ini. Jangan2 kita telah kehilangan esensi kehidupan. Kita sungguh tidak mengenali lagi definisi dan hakikat sejati kenapa kita hidup.


*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

late's fira's gram